Masuk ke Era Pencarian Suara: 50% Pencarian diperkirakan Berbasis Suara di 2025

tren pencarian suara atau voice search freepik

Bayangkan ini: kamu sedang memasak di dapur, tiba-tiba terlintas ide untuk membuat resep baru. Alih-alih menyalakan laptop dan mengetik, Anda cukup berkata ke smartphone:

“Coba resep pasta krim dengan jamur yang cepat dan creamy.”

Dalam hitungan detik, layar menampilkan video tutorial, daftar bahan, bahkan tips mengganti bahan yang tidak tersedia di rumah. Semua terasa seperti berbicara dengan seorang asisten pribadi, bukan sekadar mesin pencari.

Selamat datang di era pencarian konversasional, di mana voice search dan visual search mulai mengubah cara orang menemukan informasi di internet, dan secara langsung memaksa marketer menyesuaikan strategi SEO mereka.

Baca juga: Memahami Cara Kerja SEO secara Sederhana: Dari Dasar hingga Langkah Awal Memulainya

Dari Keyword ke Query Konversasional

SEO tradisional berfokus pada kata kunci: “resep pasta krim”, “sepatu lari murah”, atau “jasa website Jakarta”. Strategi lama mengandalkan menjejalkan keyword dalam teks, meta description, dan tag.

Kini, pengguna berbicara dengan mesin pencari seperti berbicara dengan manusia. Mereka mengajukan pertanyaan lengkap, menambahkan konteks, atau mencari dengan gambar.

Beberapa tren nyata:

  • Pencarian suara: Menurut TechRadar, 50% pencarian diperkirakan berbasis suara pada 2025.
  • Pencarian visual: Google Lens, Pinterest Lens, dan Instagram Visual Search memungkinkan pengguna mencari berdasarkan gambar, bukan teks. Misalnya, seseorang memotret sneakers di toko offline dan mencari “dimana bisa beli sepatu ini dengan harga terbaik?”
  • Query natural language: Pertanyaan panjang menggantikan keyword pendek. Contoh: bukan sekadar “sepatu lari murah”, tapi “di mana saya bisa beli sepatu lari nyaman dengan harga di bawah 500 ribu di Jakarta?”

Implikasinya: SEO bukan lagi sekadar menjejalkan kata kunci sebanyak mungkin. Kini, marketer harus memahami intent pengguna, konteks pertanyaan, dan cara orang berbicara.

tren pencarian suara atau voice search freepik
Image source: Freepik

Dampak ke Strategi Digital Marketing

Bayangkan dua brand lokal yang menjual kopi:

  • Brand A: fokus pada keyword “kopi Arabika premium Jakarta” di halaman produk.
  • Brand B: membuat konten tutorial “Cara memilih biji kopi Arabika untuk espresso di rumah”, plus optimasi untuk voice search.

Siapa yang lebih siap di era query konversasional? Brand B. Konten mereka menjawab pertanyaan nyata pengguna, membangun engagement, meningkatkan trust, dan berpotensi muncul di featured snippet atau hasil voice search, sementara Brand A hanya menargetkan keyword generik.

Selain itu, konten edukatif seperti tutorial atau panduan membuat brand lebih authoritative di mata Google, meningkatkan peluang ranking jangka panjang.

Langkah Praktis Optimasi SEO untuk Era Baru

1. Riset Intent, Bukan Hanya Keyword

Gunakan tools seperti AnswerThePublic, SEMrush, atau Google Search Console untuk menemukan pertanyaan nyata audiens. Fokus pada pertanyaan lengkap, bukan kata tunggal. Misalnya, “Bagaimana cara membuat iced latte di rumah tanpa mesin espresso?” lebih bernilai daripada sekadar “iced latte”.

2. Konten Natural & Kontekstual

Tulis artikel, buat video, atau panduan yang meniru cara manusia berbicara. Sertakan konteks, skenario penggunaan, dan jawaban yang lengkap. Ini meningkatkan relevansi untuk voice search.

3. Optimasi Pencarian Visual

  • Gunakan gambar berkualitas tinggi dengan alt text deskriptif.
  • Optimalkan halaman dengan structured data/schema markup agar visual muncul di hasil pencarian Google dan Pinterest.

4. Kecepatan dan Mobile-Friendly

Voice & visual search umumnya diakses via mobile. Pastikan website cepat, ringan, dan responsif agar pengalaman pengguna tidak terganggu dan bounce rate rendah.

5. Monitoring dan Iterasi

  • Pantau performa query dengan Google Search Console.
  • Analisis query konversasional yang masuk dan sesuaikan konten secara berkala untuk menangkap traffic baru dan menjaga relevansi.

Baca juga: Macam-macam Channel Digital Marketing: Panduan Lengkap Memilih untuk Brand Kamu

Tantangan Optimasi Pencarian Suara di Indonesia

  • Bahasa & Dialek: Pengguna berbicara dalam bahasa sehari-hari, campuran bahasa Inggris-Indonesia, atau dialek lokal. SEO voice harus menangkap variasi ini agar akurat.
  • Data & Infrastruktur: Banyak brand masih memiliki website lambat atau tidak mobile-friendly, mengurangi peluang tampil di voice search.
  • Konten Visual: Banyak bisnis belum menyadari pentingnya optimasi gambar dan video, padahal visual search akan semakin dominan, terutama di e-commerce dan social media.

SEO sedang berevolusi. Keyword-centric strategy kini harus bertransformasi menjadi query-centric strategy yang fokus pada intent, bahasa natural, dan pengalaman pengguna.

Brand yang mengabaikan voice dan visual search berisiko tertinggal, sedangkan brand yang memanfaatkan tren ini bisa:

  • Menangkap traffic baru melalui voice & visual search.
  • Meningkatkan engagement dengan konten yang lebih relevan.
  • Memimpin pasar dengan strategi adaptif dan future-proof.

Di era pencarian konversasional, SEO bukan lagi sekadar teknik, tetapi cara brand memahami audiens secara nyata dan kontekstual, menjawab pertanyaan mereka, dan membangun hubungan yang lebih dalam dengan pelanggan.


Tentang DRECT Digital

DRECT DIGITAL adalah agensi digital yang berfokus membantu brand membangun kehadiran dan pertumbuhan di dunia online secara strategis. Kami percaya bahwa digitalisasi bukan sekadar mengikuti tren, melainkan cara untuk menciptakan dampak nyata bagi bisnis.

Melalui pendekatan berbasis data, kreativitas, serta pengalaman lintas industri, DRECT Digital menghadirkan solusi relevan, mulai dari strategi digital, pengembangan website dan media sosial hingga optimasi digital marketing yang berdampak pada bisnis.

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top