Tren Ramadan 2025: Apa yang Harus Disiapkan untuk Sukses di Ramadan 2026

tren ramadan freepik

Ramadan 2025 menjadi cermin menarik bagi marketer dan brand: traffic e-commerce tetap tinggi, kampanye promo tetap marak, tetapi pola belanja masyarakat bergeser dengan jelas. Konsumen kini lebih selektif. Bukan karena kehilangan minat untuk berbelanja, melainkan karena meningkatnya kesadaran finansial di tengah tekanan ekonomi yang masih terasa.

Bukan lagi tentang siapa yang punya diskon terbesar, tapi siapa yang paling memahami konteks dan kebutuhan hidup nyata audiensnya. Alih-alih belanja impulsif seperti masa pandemi atau awal pemulihan ekonomi, masyarakat kini mencari value for money, memprioritaskan bahan pokok, dan menunda pembelian non-esensial.

Bagi pelaku brand dan digital marketer, pola ini adalah sinyal penting: Ramadan bukan hanya momentum penjualan musiman, tetapi juga litmus test bagi strategi pemasaran tahun depan. Karena cara orang berbelanja di Ramadan hari ini, sering kali menjadi cerminan cara mereka mengambil keputusan konsumsi di sisa tahun, bahkan hingga di Ramadan 2026 nanti.

Tren Ramadan 2025: Apa Key Insight-nya?

tren ramadan populix
Image source: Populix

1. Konsumen Berhemat, Tapi Tetap Berbelanja

Menurut survei Populix terhadap 1.119 responden Indonesia, 90% responden biasanya membeli makanan dan minuman selama Ramadan, dan 87% akan tetap membelinya di 2025, hanya turun 3% dari tahun sebelumnya.

Sebaliknya, kategori fashion yang selama ini identik dengan Ramadan justru turun tajam dari 78% ke 55%. (Sumber: Populix)

Artinya jelas, Ramadan kini bukan hanya soal belanja tahunan tapi prioritas hidup. Masyarakat lebih sadar pada pengeluaran, dan menempatkan “kebutuhan esensial” di atas “gaya hidup”.

2. Sentimen Ekonomi Masih Rendah

Kondisi ekonomi Indonesia di 2025 memperkuat tren ini. Indeks Keyakinan Konsumen (CCI) turun ke 121,1 poin di Maret 2025, lalu kembali turun ke 115 poin di September 2025, level terendah sejak 2022. (Sumber: Trading Economics).

Dengan sentimen ekonomi yang belum pulih, demand Ramadan 2026 kemungkinan besar akan mirip dengan 2025, tetap ada, tapi disertai kehati-hatian tinggi. Konsumen tidak berhenti berbelanja, hanya lebih rasional dan menghargai “value for money”.

3. Konsumsi Digital Melonjak: Ramadan Jadi High-Attention Season

Jika daya beli menurun, perhatian justru meningkat. Ramadan 2025 menandai pergeseran besar pada perilaku digital:

  • Menurut laporan M+C Saatchi Performance, aktivitas mobile meningkat signifikan selama Ramadan 2025, terutama di jam sahur dan berbuka, dengan lonjakan konsumsi video hingga +33%. (Sumber: M+C Saatchi Performance) 
  • Data dari Think with Google menunjukkan pencarian bertema Ramadan naik hingga 20% selama bulan puasa.

Dengan kata lain, Ramadan menjadi attention peak di dunia digital, momen ketika konsumen paling aktif mencari inspirasi, resep, promo, dan konten yang relevan dengan keseharian mereka.

Apa yang Bisa Dipelajari dari Ramadan 2025?

Ramadan 2025 mengajarkan bahwa emosi dan konteks lebih kuat daripada diskon besar.
Konsumen Indonesia kini lebih mengutamakan relevansi dan nilai, bukan hanya promosi. Kampanye yang menonjolkan empati, kedekatan, dan makna sosial lebih resonan dibandingkan pesan penjualan yang eksplisit.

Contoh: kampanye “Berbuka Hemat, Berbagi Lebih” akan lebih diterima daripada “Diskon Besar Ramadan!” Brand yang mampu menempatkan diri di percakapan konsumen, bukan sekadar di katalog, akan lebih mudah membangun kedekatan jangka panjang.

tren short form content freepik
Image source: Freepik

Strategi untuk Brand di Ramadan 2026

Berangkat dari pembelajaran 2025 dan kondisi ekonomi saat ini, berikut strategi kunci agar brand bisa thrive di Ramadan 2026:

1. Posisikan Brand dengan “Makna” dan Nilai Nyata

Konsumen sedang mencari hal yang relevan dengan keseharian mereka. Bangun narasi seputar kebersamaan, kesederhanaan, dan nilai sosial, bukan sekadar kemewahan. Gunakan storytelling yang ringan namun dekat secara emosional.

2. Optimalkan Momen Pencarian dan Konsumsi Digital

Karena pencarian meningkat pesat, brand harus hadir di fase search moment.

  • Gunakan SEO berbasis pertanyaan nyata (natural query) seperti “bagaimana cara menyiapkan sahur sehat untuk keluarga kecil.”
  • Manfaatkan voice & visual search, karena pengguna kini mencari dengan suara dan gambar.
  • Fokus pada konten video pendek, live commerce, dan social engagement di jam sahur dan berbuka.

3. Fokus pada Elemen Short Entertainment

Ramadan adalah musim konsumsi hiburan ringan, terutama di TikTok, Reels, dan YouTube Shorts. Konten berdurasi 15-30 detik dengan storytelling cepat, humor ringan, atau mini-drama bertema Ramadan terbukti mendorong engagement rate lebih tinggi hingga 2-3 kali lipat dibandingkan konten panjang (berdasarkan data internal TikTok Indonesia 2025).

Brand perlu menyesuaikan pesan kampanye agar relevan, menghibur, dan tetap bernilai (edutainment over promotion).

4. Timing: Manfaatkan “Time Window” yang Tepat

Data Google menunjukkan bahwa puncak aktivitas digital Ramadan terjadi di dua momen utama:

  • Menjelang berbuka (16.00-18.30) – momen audiens mencari resep, promo, dan hiburan ringan.
  • Waktu sahur (03.30-05.30) – momen audiens mencari inspirasi spiritual, konten reflektif, dan ide menu praktis.

Gunakan ad scheduling dan real-time engagement agar pesan brand muncul di jam-jam paling aktif, bukan sekadar “tayang terus tanpa arah”.

5. Gunakan Data 2025 Sebagai Benchmark

Pelajari produk yang tetap dibeli (makanan, minuman) dan yang menurun (fesyen, barang sekunder). Siapkan penawaran yang menekankan nilai tambah, bukan hanya diskon, tapi kemudahan, efisiensi, atau kombinasi produk relevan. Dan yang terpenting: buat rencana fleksibel untuk menyesuaikan dengan situasi ekonomi terkini menjelang Ramadan 2026.

Kesimpulan

Ramadan 2025 telah menunjukkan arah baru perilaku konsumen Indonesia. Lebih sadar, selektif, dan digital. Dengan ekonomi yang masih belum pulih sepenuhnya, Ramadan 2026 akan menuntut brand untuk lebih empatik, relevan, dan adaptif.

Yang bertahan nanti bukan brand dengan promosi terbesar, tapi yang paling memahami konteks dan kebutuhan konsumennya.

*Dirangkum dari berbagai sumber


Tentang DRECT Digital

DRECT DIGITAL adalah agensi digital yang berfokus membantu brand membangun kehadiran dan pertumbuhan di dunia online secara strategis. Kami percaya bahwa digitalisasi bukan sekadar mengikuti tren, melainkan cara untuk menciptakan dampak nyata bagi bisnis.

Melalui pendekatan berbasis data, kreativitas, serta pengalaman lintas industri, DRECT Digital menghadirkan solusi relevan, mulai dari strategi digital, pengembangan website dan media sosial hingga optimasi digital marketing yang berdampak pada bisnis.

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top