Dominasi Video Pendek (Short‑Form Content) & Implikasi untuk Marketing di Indonesia

tren short form content freepik

Bayangkan kamu sedang scroll di TikTok, Instagram, atau YouTube Shorts. Dalam beberapa menit, kamu menonton berbagai video: tips masak 30 detik, challenge lucu, atau review produk baru. Tanpa disadari, berbagai sedang menggunakan momen ini untuk menarik perhatian kamu. Fenomena ini bukan kebetulan, short-form video memang sedang mendominasi cara orang berinteraksi dengan konten digital.

Mengapa Video Pendek Begitu Menarik?

Ada beberapa alasan kenapa video pendek begitu powerful:

1. Cepat dan Mudah Dikonsumsi

Pengguna internet di Indonesia mayoritas mengakses lewat smartphone, sekitar 95%. Video pendek sangat cocok untuk scroll cepat dan perhatian yang singkat. Bahkan studi TikTok menunjukkan bahwa menampilkan logo atau jingle dalam 2 detik pertama bisa meningkatkan brand awareness hingga +191%. (Sumber: ChiefMarketer)

Hal ini menunjukkan potensi video pendek ideal untuk mencuri perhatian dalam hitungan detik.

2. Algoritma Mendukung

Platform seperti TikTok, Instagram Reels, dan YouTube Shorts memang memprioritaskan konten pendek. Jika konten menarik, algoritma akan menampilkan lebih banyak tanpa biaya iklan besar, memungkinkan video cepat viral dan menjangkau audiens luas.

3. Efektivitas Terbukti

Ambil contoh Les Mills, brand kebugaran global. Mereka menggunakan video vertical pendek untuk aplikasi Les Mills+ dan berhasil meningkatkan CTR hingga 52%, sekaligus menurunkan cost per acquisition 10% dan cost per impression 16%. (Sumber: Google Business)

Sementara ASICS Padel di Spanyol dan Italia mendapatkan completion rate ~95% dengan video 6-15 detik, jauh di atas rata-rata industri. (Sumber: Critikal Agency)

Kisah-kisah ini membuktikan bahwa short-form video bukan hanya hiburan, tetapi juga alat yang efektif untuk meningkatkan awareness, engagement, dan bahkan mendorong niat beli audiens.

tren short form content freepik
Image source: Freepik

Apa yang Bisa Dipelajari Brand di Indonesia

Di pasar lokal, data juga mendukung tren ini:

  • Generasi Z (18-27 tahun) di Indonesia lebih responsif terhadap video pendek yang mengandung relatability dan trust signals. (Sumber: IJBLE)
  • Engagement platform: TikTok 18,2%, Instagram Reels 12,5%, YouTube Shorts 10,7%. TikTok masih unggul, tapi Reels dan Shorts juga punya potensi tinggi jika konten disesuaikan. (Sumber: JSEO Polteksci)

Jadi, jika brand ingin memaksimalkan jangkauan, konten harus sesuai platform dan audiens. TikTok untuk engagement tinggi, Reels untuk storytelling cepat, Shorts untuk repeat view dan search uplift.

Baca juga: Macam-macam Channel Digital Marketing: Panduan Lengkap Memilih untuk Brand Kamu

Strategi Praktis untuk Brand

Berdasarkan rangkuman data global dan lokal, beberapa strategi yang bisa langsung diterapkan:

1. Hook Cepat & Branding Awal

Dalam 2 detik pertama, tampilkan elemen khas brand seperti logo, jingle, atau visual unik. Hal ini penting karena perhatian audiens di media sosial sangat singkat—jika tidak langsung menarik, mereka akan scroll ke konten lain.

2. Format Mobile-First

Gunakan video vertikal dengan durasi 15-60 detik, menyesuaikan kebiasaan scrolling di smartphone. Video singkat lebih mudah dikonsumsi dan meningkatkan peluang audiens menonton hingga selesai.

3. Kombinasi Awareness & Konversi

Video pendek tidak hanya untuk exposure. Retarget audiens dengan call-to-action yang jelas, link ke landing page, atau integrasi social commerce untuk mendorong tindakan nyata, bukan sekadar dilihat.

4. Platform-Specific Content

Konten yang sukses di TikTok belum tentu berhasil di Reels atau Shorts. Sesuaikan durasi, tone, dan gaya visual dengan karakteristik tiap platform untuk performa optimal.

5. Ukur Beyond Views

Jangan hanya mengandalkan view atau like. Perhatikan metrik seperti completion rate, click-through rate (CTR), cost per acquisition (CPA), hingga search uplift, karena indikator ini lebih akurat menunjukkan dampak video terhadap keputusan konsumen.

tren short form content freepik
Image source: Freepik

Kenapa Short-Form Content Bisa Gagal?

Meski short-form video sangat powerful, tidak semua konten otomatis sukses. Ada beberapa faktor umum yang bisa membuat strategi video pendek gagal:

1. Hook Tidak Menarik

Jika 2 detik pertama tidak mampu menarik perhatian, audiens akan scroll ke konten berikutnya. Logo, jingle, atau visual khas harus tampil cepat dan jelas untuk memastikan brand langsung dikenali.

2. Konten Tidak Relevan dengan Audiens

Video yang tidak sesuai dengan minat, usia, atau preferensi audiens cenderung diabaikan. Misalnya, konten humor yang terlalu niche untuk target Gen Z atau storytelling yang terlalu panjang untuk penonton yang suka scroll cepat.

3. Copywriting dan Call-to-Action Lemah

Video pendek harus bisa menyampaikan pesan dengan ringkas sekaligus mendorong tindakan. Tanpa CTA jelas, misal link ke landing page atau tombol beli, audiens mungkin menonton tapi tidak berinteraksi lebih lanjut.

4. Tidak Sesuai Platform

Konten yang berhasil di TikTok belum tentu sukses di Reels atau Shorts. Durasi, tone, dan gaya visual harus disesuaikan dengan karakteristik setiap platform. Mengabaikan ini sering membuat performa rendah meski konten kreatif.

5. Kurangnya Analisis dan Optimasi

Mengukur hanya dari view atau like tidak cukup. Tanpa melihat completion rate, CTR, CPA, atau search uplift, brand tidak tahu apakah video benar-benar mempengaruhi keputusan audiens. Konten yang tidak dianalisis dengan baik sulit ditingkatkan performanya.

6. Overproduction atau Kurang Authenticity

Video yang terlalu “dibuat-buat” sering terasa kaku dan sulit membangun keterikatan. Audiens short-form menghargai konten yang relatable dan autentik, bahkan jika produksinya sederhana.

Kesimpulan: Video Pendek Bukan Sekadar Tren

Short-form video telah mengubah cara konsumen berinteraksi dengan brand. Data global dan lokal jelas menunjukkan: brand yang cepat beradaptasi, kreatif, dan mobile‑friendly akan menang. Les Mills dan ASICS adalah bukti nyata. Di Indonesia, TikTok, Reels, dan Shorts membuka peluang besar untuk engagement dan konversi.

Takeaway: Jika brand kamu belum aktif di short-form video, sekarang adalah waktunya. Dengan strategi yang tepat dan penyesuaian platform, video pendek bisa menjadi game changer untuk bisnis digital marketing.


Tentang DRECT Digital

DRECT DIGITAL adalah agensi digital yang berfokus membantu brand membangun kehadiran dan pertumbuhan di dunia online secara strategis. Kami percaya bahwa digitalisasi bukan sekadar mengikuti tren, melainkan cara untuk menciptakan dampak nyata bagi bisnis.

Melalui pendekatan berbasis data, kreativitas, serta pengalaman lintas industri, DRECT Digital menghadirkan solusi relevan, mulai dari strategi digital, pengembangan website dan media sosial hingga optimasi digital marketing yang berdampak pada bisnis.

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top